Sahabat itu
segalanya buat kita. Sahabat itu adalah orang yang selalu menemani kita ketika
yang lain meninggalkan kita. Jadi, seolah-olah sahabat itu adalah teman yang
paling spesial buat kita. Lalu bagaimana kalau dia mengecewain kita, nyakitin
kita dan bahkan meninggalkan kita? Apakah kamu tetap menganggapnya sahabat?
Menurut aku sih,
sahabat itu memang segalanya bagi kita dan sangat sulit untuk menemukan sahabat
yang setia itu. Terkadang aku minder juga melihat persahabatan seperti di
sinetron-sinetron. Tapi untuk di dunia nyata seperti ini apakah ada?
Ini pengalaman dari
aku sendiri mengenai orang yang pernah aku anggap dia sebagai sahabat. Mulai
kenal sejak awal SMA dan mulai kedekatan kami di penghujung masa-masa putih
abu-abu. Halitu terjadi disaat ekskul berenangdimana kami pergi dan pulang
sama. Ternyata dari sinilah persahabatan yang bisa dianggap seperti keluarga
sendiri terasa. Semua dilakukan bersama, contohnya belajar sama, tiap sore
jalan sama terus, makan sama, kami solat jama’ah pasti imamnya ganti-gantian, kalau
gak aku yang ke rumah dia, dianya yang ke rumah aku. Lalu telepati yang kuat
sampai-sampai pakai baju main pun dengan warna yang sama. Pokoknya banyak
kenangan yang tersimpan bersama orang yang kita anggap sahabat.
Tapi bagaimana
kalau dia sudah nyakitin kita bahkan meninggalkan kita? Inilah hal yang
terbodoh aku rasakan. Dia tidak seperti yang dulu aku kenal. Walaupun sampai
sekarang aku gak tau alasan mengapa dia tinggalkan aku.Beberapa kali aku tanyakan
kepadanya kenapa dia tinggalkan aku tapi yang tersentak dimulutnya adalah kita
berteman seperti dengan teman-teman yang lain saja. Tapi kenapa dia lebih dekat
dengan teman-teman yang lain yang selama ini kurang dekat selama SMA meskipun
itu teman sejak SMPnya bahkan SD. Yaa, aku mulai berfikir, aku bukan teman
terbaik.
Gak tau mau ngapain.
Ketika liburan panjang tiba,teman-teman aku mulai sibuk dengan urusan
perkuliahan dan aku bisanya di rumah saja dan sekali-sekali ikut dalam
komunitas berbagi rezeki dan menyiar di sebuah radio untuk mengisi kekosongan
aku menjelang masuk kuliah dan supaya perlahan aku bisa melupakan hal yang
membuat aku terkesan bodoh. Lalu dia kemana? Dia sudah mulai senang dengan aktivitas
barunya dan bahagia dengan teman-teman yang menyayanginya.
Sekarang aku
berfikir teman itu gak ada yang harus kita spesialkan. Semuanya sama saja.
Walaupun terkadang aku berat untuk mengatakan aku sahabatmu juga kepada orang
yang telah menganggap kita sahabat. Aku cuma bisa berkata, “iya terima kasih ya
sudah anggap aku sahabat tapi maaf aku gak bisa anggap kamu sahabat. Teman itu
semuanya sama.”
Aku juga sangat
terharu ketika waktu bersekolah dulu kita gak dekat dengan mereka, tapi setelah
berbulan-bulan tidak ketemu, mereka memeluk aku ketika reunian itu terjadi.
Ditambah dengan candaan gurau dan juga pembelajaran yang dia dapat selama ini.
Aku jadi termotivasi dari apa yang dia alami.
Intinya bagi aku
adalah sahabat itu gak ada. Semua teman sama. Tapi bersyukurlah jika ada teman yang
telah menganggap kita sahabat bahkan seperti saudaranya sendiri. Jangan
kecewakan, sakiti dan bahkan tinggalkan teman kita yang menyayangi kita. Bila
kita yang disakiti, maafkanlah dia. Motivasi diri kita bahwa dendam itu hanya
membuat kita gelisah.Lebih baik memaafkan dan hidup damai. I love you guys.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar